Jumat, 09 Maret 2012

TEKNIK PEMBERIAN OBAT

1.    EPIDURAL/ PUNGSI
1.1    Pungsi Lumbal
1.1.1 Pengertian
Pungsi lumbal adalah menusukan jarum lumbal ke dalam Cavum Subarchnoidea untuk mendapatkan liquor/ cairan.
1.1.2    Tujuan
a)    Memperoleh bahan makanan untuk pemeriksaan
b)    Tekanan pada otak berkurang
c)    Sebagai pengobatan
d)    Sebagai pembiusan
1.1.3    Dilakukan pada pasien:
a)    Meningitis
b)    Encephalitis
c)    Perdarahan otak
d)    Tumor di otak

1.2    Pungsi Sisterna
1.2.1 Pengertian
Pungsi Sisterna adalah menusukan jarumlumbal kedalam siterna untuk mengambil liquor/ cairan.
1.2.2    Tujuan
a)    Untuk mendapatkan liquar untuk pemeriksaan
b)    Tekanan intra kranial berkurang
c)    Sebagai pengobatan
1.2.3    Tempat Penusukan:
Antara  vetebre servicalis I dan II atau antara vertebra servikalis I dan II.
1.2.4    Pelaksanaan
a)    Pasien dipuasakan selama 6 jam
b)    Lokasi yang akan dipungsi dicukur
c)    Posisi duduk kepala ditundukan sedalam – dalamnya atau tidur miring kepala ditundukan sedalam sampai dagu menempel pada dada

1.3    Pungsi Sternum
1.3.1 Pengertian
Pungsi sternum adalah memasukan jarum sternum pada dada (Os. Sternum) untuk mengambil sumsum merah.
1.3.2    Tujuan
Untuk mendapatkan sumsum merah
1.3.3    Kontra Indikasi
Pasien dengan kelainan darah (hemophilia, masa perdarahan yang panjang)
1.3.4    Bahaya
a)    infeksi pada sumsum tulang
b)    perdarahan
c)    syok

1.4    Pungsi Pleura
1.4.1 Pengertian
Pungsi pleura adalah menusukan jarum pleura kedalam rongga pleura untuk mengeluarkan cairan yang ada dirongga perut.
1.4.2    Tujuan
a)    Sesak nafas berkurang
b)    Sebagai pengobatan
c)    Memperoleh cairan guna pemeriksaan
1.4.3    Tempat penusukan
Pada scapula antara costa (iga) 7 dan 8, pada garis aksiler antara kosta 6 dan 7.
1.4.4    Bahaya
a)    Jaringan paru – paru tertusuk
b)    Perdarahan
c)    Pneutoraks
d)    Infeksi
e)    Syok


1.5    Pungsi Perut
1.5.1 Pengertian
Pungsi perut adalah mengeluarkan cairan dengan rongga perut dengan cara memasukan trocart.
1.5.2    Tujuan
a)    Tekanan rongga perut berkurang
b)    Memperoleh cairan untuk pemeriksaan sebagai pengobatan
c)    Memperoleh cairan guna pemeriksaan
1.5.3    Indikasi
Bila pasien sesak nafas.
1.5.4    Kontra Indikasi
a)    Pasien dengan penyakit kulit pada daerah perut
b)    Pasien demam

1.6    Pungsi Supra Pubik
1.6.1 Pengertian
Pungsi supra pubik adalah mengambil urin dari kandung kemih dengan cara menusukan jarum suntik ke dalam kandung kemih.
1.6.2    Tujuan
Memperoleh urine yang belum tercemar untuk pemeriksaan.
1.6.3    Tempat Penusukan
Pada garis tengah antara pusat dan sympisis setinggi 2 jari di atas sympisis.

2.    TERAPI PANAS DINGIN
Pemberian terapi panas dingin dilaksanakan langsung di atas kulit dan terdidri dari beberapa cara, yaitu:
a)    Pemberian panas (pemberian panas basah steril/ kompres, pemberian panas kering)
b)    Pemberian dingin (pemberian dingin basah / kompres, pemberian dingin kering)
c)    Rendaman (rendaman tangan, kaki, bokong, mandi rendam)

Yang dimaksud dengan pemberian panas adalah memberikan rasa hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Tujuannya adalah agar sirkulasi darah menjadi baik, rasa sakit setempat menjadi kurang, peristaltic usus mendapat rangsangan, pengeluaran getah radang (eksudat) menjadi lancar. Biasa dilakukan pada pasien denga perut kembung, yang kedinginan, dengan radang misalnya persendian, poliomyelitis.
Kompres dingin dilakukan menggunakan kirbat es yang telah diisi potongan – potongan es. Tujuannya untuk mengurangi rasa sakit, mengurangi perdarahan, membatasi radang.

2.1    Pemberian Kompres Panas
2.1.1 Tujuan Umum
a)    Untuk meningkatkan sirkulasi pada daerah tertentu
b)    Untuk meningkatkan rasa nyaman dan relaksasi
c)    Untuk mempercepat pengeringan luka
d)    Untuk memanaskan bagain tubuh tertentu
e)    Untuk mempercepat penyembuhan
f)    Untuk meransang peristaltik usus
2.1.2 Dilakukan Pada Pasien
a)    Dengan perut kembung
b)    Pasien yang kedinginan
c)    Dengan radang, misalnya: adneksitis, persendian dll
2.1.3 Hasil Yang Diharapkan
a)    Bagian tubuh menjadi panas
b)    Relaksasi dari otot yang spasme/ kejang
c)    Peningkatan siskulasi pada daerah tertentu
d)    Penyembuhan luka

2.2    Pemberian Kompres Dingin
2.2.1    Tujuan Umum
a)    Mengurangi/ menghentikan perdarahan, karena pembuluh – pembuluh darah dapat mengecil
b)    Menurunkan suhu badan yang tinggi
c)    Mengurangi rasa nyeri
d)    Mengurangi oedema
e)    Luka menjadi bersih
2.2.2    Dilakukan Pada Pasien
a)    Suhu badan tinggi
b)    Radang
c)    Memar
d)    Batuk/ muntah darah
e)    Post tonsilektomi
f)    Luka tertutup/ terbuka
2.2.3    Hasil Yang Diharapkan
a)    Perdarahan berkurang/ berhenti
b)    Suhu tubuh menurun
c)    Nyeri berkurang
d)    Oedema berkurang

2.3    Sumber Panas Dingin Yang Dapat Dipakai
2.3.1    Panas
a)    Buli – buli panas (WWZ = Warm Water Zak)
b)    Buli – buli panas dari logam (red, Bahasa Belanda = kruik)
c)    Lampu infra merah (Solluk)
2.3.2    Dingin
a)    Eskap, eskrag
b)    Kompres dengan air es

2.4    Penatalaksanaan
2.4.1    Pemberian Buli - Buli Panas (WWZ)
a)    Alat – Alat
1)    WWZ
2)    Sarung WWZ
3)    Air panas (43,3°C) pada tempatnya
4)    Lap kerja
b)    Persiapan
1)    Teliti kembali instruksi, daerah yang akan di terapi
2)    Siapkan alat – alat, periksa kembali apakah dalam keadaan baik/ siap pakai.
3)    Jelaskan prosedur kepada pasien
c)    Langkah – langkah:
1)    Isi kantong WWZ 1/3 sampai dengan 2/3 bagian dengan air panas
2)    Mengeluarkan udara dari kantong air panas, kemudian tutup rapat
3)    Memeriksa apakah kantong WWZ bocor/ tidak dengan cara membalikan kantong WWZ.
4)    Kemudian WWZ dilap dengan lap kerja
5)    Memasang sarung WWZ
6)    Letakkan pada permukaan kulit dan angkat sebentar untuk melihat apakah ada reaksi/ tidak, jika tidak ada reaksi, letakkan kembali pada daerah tadi. Untuk pasien yang tidak sadar, tidak boleh bersentuhan langsung dengan kulit.
7)    Ganti airnya bila sudah dingin. Pemberian WWZ ± 1 jam, kemudian amati reaksi kulit.
8)    Kembalikan alat – alat pada tempatnya

2.4.2    Memberikan Buli – Buli Panas Dari Logam (Kruik)
a)    Alat – Alat
1)    Kruik yang diisi pasir (pasir tetap ada di dalamnya tidak boleh dikosongkan setiap waktu)
2)    Kruik yang sudah dipanaskan dalam oven
3)    Sarung pembungkus kruik
b)    Langkah – Langkah
1)    Kruik dimasukan ke dalam oven yang sudah panas, ditunggu ± ½ jam
2)    Pasang sarungnya
3)    Kruik tidak boleh menyentuh kulit secara langsung, biasanya ditutup rapat – rapat dengan selimut

3.    ZID BATH/ KOMPRES
3.1    Terapi Kompres Hangat
Terapi kompres hangat merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot dan memberikan rasa hangat.

3.1.1    Persiapan Alat Dan Bahan
a)    Botol berisi air panas (suhu 46 – 51,5°C) / air hangat
b)    Thermometer air
c)    Lain pembungkus
3.1.2    Cara Kerja
a)    Cuci tangan
b)    Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c)    Isi botol dengan air panas
d)    Tutup botol yang telah diisi air panas kemudian dikeringkan
e)    Masukan botol kedalam kantong air. Bila menggunakan kain, masukan kain pada air hangat lalu bilas
f)    Tempatkan botol atau kain yang sudah diperas pada daerah yang akan dikompres
g)    Angkat botol atau kain tersebut setelah 20 menit, kemudian isi lagi botol/ masukan lagi kain ke dalam air hangat lalu peras. Taruh lagi botol/ kain pada daerah yang akan dikompres
h)    Catat perubahan yang terjadi selama tindakan
i)    Cuci tangan

3.2    Terapi Kompres Dingin
Merupakan tindakan dengan memberikan kompres dingin untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah dengan meningkatkan vasokonstriksi.

3.2.1    Persiapan Alat Dan Bahan
a)    Thermometer
b)    Air dingin
c)    Kain atau kantong pelindung
d)    Kantong es dan sejenisnya
3.2.2    Cara Kerja
a)    Cuci tangan
b)    Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c)    Ukur suhu tubuh
d)    Masukan air dingin pada kantong es. Bila menggunakan kain, masukan kain pada air dingin lalu diperas
e)    Letakan kantong/ kain pada daerah yang akan dikompres seperti di daerah axilla, di daerah yang sakit
f)    Catat perubahan yang terjadi selama tindakan
g)    Cuci tangan
4.    MANAJEMEN NYERI
Ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilaksanakan oleh petugas kesehatan, diantaranya:
a)    Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya: ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
1)    Ketidakpercayaan
Pengakuan akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien dan mengatakan kepada pasien bahwa petugas kesehatan mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya.
2)    Kesalahpahaman
Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan membantu mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pada pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang tau secara pasti tentang nyerinya.
3)    Ketakutan
Memberi informasi yang tepat dapt membantu mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri.
4)    Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktivitas yang dapt memberikan istirahat cukup.
5)    Kebosanan
Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri dapt digunakan pengalihan perhatian yang bersifat terapeutik. Beberapa teknik pengalih perhatian adalah bernafas pelan dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal – hal yang menyenangkan, dan lain – lain.
b)    Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik – teknik, seperti: teknik latihan pengalihan :
1)    Menonton televisi
2)    Berbincang – bincang dengan orang lain
3)    Mendengarkan musik
c)    Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam mengisi paru – paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut dan punggung serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks.
d)    Stimulasi kulit
1)    Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
2)    Menggosok punggung
3)    Menggunakan air hangat dan dingin
4)    Memijat dengan air mengalir
e)    Pemberian obat analgesik
Pemberian obat analgesik dilakukan guna mengganggu atau memblok transmisi stimulus nyeri agar tetap terjadi perubahan perepsi dengan cara mengurangi kortikol terhadap nyeri.
f)    Pemberian stimulator listrik
Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri denga stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi:
1)    Transcutaneous electrical nerve stimu;lator (TENS) yang digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa metode electrode di luar.
2)    Percutaneous implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator yang diimplant dibawah kulit dengan transmitor timah penerima pada daerah epidural dan columna vertebrae.
3)    Stimulator coluumna vertebrae, sebuah stimulator yang dicangkok melalui kantong kulit intra klavikula atau abdomen yakni elektoda ditanam dengan cara bedah pada dorsum sum – sum tulang belakang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar