Minggu, 16 Januari 2011

Layout KTI Menggunakan Style ala bheby beibhz

Buat teman teman DIII kebidanan…
Untuk menyelesaikan pendidikan DIII kebidanan teman teman harus membuat KTI sebagai tugas akhir syarat menyelesaikan perkuliah. Maksud penulisan KTI itu sendiri adalah agar mahasiswa mampu mensintesa seluruh mata kuliah yang didapat selama pendidikan di jururan masing2, khususnya DIII kebidanan. KTI menunjukan kemampuan penalaran mahasiswa secara sistemik dan berkesinambungan dalam mengidentifikasi masalah, perumusan masalh, pembahasan, penarikan kesimpulan dan sran.
Wow…aturan Dalam penulisannya KTIsangat ketat seklai sampai titik sekecil apapun hehe,,lebay.com. tpi emg bener loch salah satunya format paragraf kudu harus sama tuch teman.. ne beby mo ngasih saran dikit langkah-langkah untuk membuat layout KTI menggunakan style..moga bermamfaat yach…

1. Penggunaan Style dalam pembutan judul BAB
Kita mulai dengan judul BAB yukkk… dalm penulisan KTI ada beberapa BAB yang harus kita buat. Dan disetiap BAB harus dimulai di entry or halaman baru. Dan tentunya penulisan BAB ini memiliki format tersendiri. Contoh :
Format – Font dan Format – Paragraph

Langkah untuk mengatur style :
1.      Blok kata BAB I
2.      Klik menu format pada toolbar menu
3.      Klik Paragraph.
4.      Pada indents and spacing dapat kita atur alligmentnya menjadi centered (untuk meletakkan kata BAB I pada bagian tengah).
5.      Pada outline level pilih level 1.
6.      Untuk pengaturan jarak batas atas dengan kata BAB I pilih pada spacing, before 50 pt, dan after 6 pt.
7.      Untuk line spacingnya pilih single 1.
8.      Pada line and page breaks, pilih widdow dan page break before.

Biasanya pada Format BAB I di format Spacing Beforenya : 50 pt dan after 6 pt.
Setelah format tulisan BAB I terpenuhi, kita dapat menggunakan format yang sama dalam pembuatan pada judul BABII dst, dengan menggunakan style.

Cara menggunakannya yaitu :
  1. Letakkan kursor pada tulisan yang akan diberi style
  2. Pilih menu Style yang ada pada taskbar
  3. Klik tanda segitiga
  4. Lepaskan mouse
  5. Dan buatlah judulnya, misal BABI2345
  6. Terakhir, tekan enter.
Style ini juga berlaku pada pembuatan judul BAB, seperti Pendahuluan, Tinjauan Pustaka, Penutup dll. Jadi, ketika kita membuat BAB II, kita bisa memblok tulisan tersebut dan mengganti stylenya dengan style BAB12345. Begitu pula dengan judul setiap bab.
Catt : Style ini juga dapat digunakan pada paragraph

Style untuk PENDAHULUAN :
            Cara yang sama dapat digunakan untuk mengatur style pada kata PENDAHULUAN.
- Langkah untuk mengatur style :
1.      Blok kata PENDAHULUAN
2.      Klik menu format pada toolbar menu
3.      Klik Paragraph.
4.      Pada indents and spacing dapat kita atur alligmentnya menjadi centered (untuk meletakkan kata PENDAHULUAN pada bagian tengah).
5.      Pada outline level pilih level 1.
6.      Untuk pengaturan jarak batas antara BAB I dengan pendahuluan pilih pada spacing, before 6 pt, dan after 30 pt.
7.      Pada line and page breaks, pilih widdow. 
 
- Langkah untuk menyimpan style ini:
1.      Blok paragraf yang akan disimpan (PENDAHULUAN).
2.      Cari ikon style pada toolbar
3.      Klik Ú(ikon segitiga kecil terbalik) disebelah kanan ikon style
4.      Lepaskan mouse
5.      Ketik nama style, seperti Pendahuluan
6.      Enter 

Style untuk paragraf lainnya
            Sama halnya dengan pengaturan style diatas. Untuk spacingnya sendiri, before dan after cukup 6 pt, untuk line spacing pilih single 2, dan pada special pilih first line, 1,27. lalu simpan dengan nama style yang berbeda dengan cara seperti diatas. 

Langkah mengubah style yang telah disimpan :
  • 1.      Letakkan kursor pada areal paragraph yang telah di style
  • 2.      Klik kanan style
  • 3.      Modify
  • 4.      Format
  • 5.      Ubah mana yang perlu di ubah
  • enter...
Next….
2. Memberi Header and Footer
  •  Menu View or Insert
  •  Cari Header and Footer
  •  Bila ingin membedakan Header and Footer nya pada halaman pertama, (karena umumya bila menggunakan ini, untuk semua halaman akan sama isinya)
  •  pilih menu page setup
  •  Pilih layout
  •  Beri contreng pada different first page. Ini akan membedakan format halaman pertama
  •  Untuk membuat nomor halaman sesuai format yang diinginkan n memulai sesuai angka yang diinginkan klik format page setup
D coba yach…

3.. Memberi Tabel
  •  Menu Table
  •  Insert – Table, klik format table untuk menentukan jumlah kolom dan baris yang diinginkan key teman
  •  Bila kita telah mengisi datanya, dan ingin memperkecil data sesuai content nya, kita bisa mengklik kanan mouse, pilih AutoFit dan Autofit to Content.
  •  Dan bila ingin menengahkan tabel, kita klik kanan lagi mouse, pilih Table Properties Dan pilih Center.
  •  Menggabung kan colom atao baris,,blok kolom or baris yang ingin di gabung,,kemudiamn klik kanan n merge cell…

4. Memberi Grafik
  • • Menu Insert
  • • Picture
  • • Chart
Silahkan plih format chart yang dinginkan…

5. Memasukkan Simbol
Pada pembuatan KTI, mungkin kita akan memasukkan beberapa rumus seperti rumus besar sampel minimal.

Kita dapat membuatnya dengan cara :
  •  Menu Insert
  •  Object
  •  Microsoft Equation 3.0
Klik OK,,selanjutnya ikuti aja petunjuk yang ada..

Segini dulu y teman..klo kurang jelas cari menu help ajach hehehe… or CARI AQ Di SINI n di FB bheby beibhz juga bisa


key teman semoga bermamfaat ya

proposal penyuluhan tipoid

BAB I
PENDAHULUAN

A. IDENTITAS
1. Topik / masalah : Penyakit Pada Anak
2. Sub topik : Demam Typoid
3. Tempat : Ruangan Anak IRNA D RSUP DR. M. Djamil Padang
4. Waktu : 50 menit
5. Sasaran : Keluarga Pasien
6. Petugas : Mahasiswa

B. LATAR BELAKANG
Memasuki musim pancaroba, masyarakat perlu mewaspadai penyakit tipus yang merebak dalam kondisi lingkungan yang sangat buruk. "Paling banyak peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.Peningkatan penyakit tipus, karena faktor lingkungan yang jelek pada saat tersebut. Biasanya penyakit ini terjadi sepanjang tahun, namun karena perubahan lingkungan menyebabkan terjadinya peningkatan. "Selama lingkungan tidak dijaga maka penyakit ini akan muncul terus.
Penyakit tipus atau yang dikenal dengan demam tifoid ini merupakan infeksi akut usus halus yang disebabkan bakteri Salmonella Typhy. Kuman ini masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air yang tercemar. Penyakit yang ditandai dengan demam tinggi ini kerap menyerang anak-anak. Termasuk balita. Sayangnya, banyak orang tua menganggap remeh tifus. Banyak juga yang masih beranggapan, kalau sudah pernah kena tifus, tak bakalan kena lagi. Padahal, salah besar. Justru lebih bahaya dan bisa menyebabkan kematian.
Di Indonesia, diperkirakan antara 800 - 100.000 orang terkena tifus atau demam tifoid sepanjang tahun. Demam ini terutama muncul di musim kemarau dan konon anak perempuan lebih sering terserang. Yang jelas, meski tifus bisa menyerang anak di atas umur 1 tahun, "korban" paling banyak adalah anak usia 5 tahun. "Tapi belakangan ini, serangan terhadap anak di bawah umur 5 tahun, meningkat jadi 15 persen
Salah satu pencegahannya adalah dengan menjaga kebersihan. "Mencuci tangan sebelum makan atau mencuci bersih sayur-sayuran yang dimakan,"
Upaya pencegahan, antara lain penyuluhan cara hidup bersih ke seluruh lapisan warga, orangtua, termasuk ke pedagang makanan kaki lima yang dagangannya kurang terlindungi dari penyebaran bakteri,
Penyuluhan dan pembinaan kurang tepat jika tidak dibarengi keinginan hidup bersih dan sehat warga sendiri. Tanpa perilaku hidup sehat, bakteri tipus akan mudah hinggap ke tubuh kita.

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan penyakit demam typoid diharapkan audiens dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit demam typoid
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang remaja dan seks pra nikah diharapkan audiens memahami tentang
a. Pengertian demam typoid
b. Penyebab demam typoid
c. Penyebaran dan penularan demam typoid
d. Gejala yang dapat dikenali dan komplikasi yang mungkin terjadi
e. Pencegahan penyakit demam typoid yang dapat dilakukan
f. Pengobatan dan perawatan pasien dengan demam typoid

D. MATERI NARASUMBER ( Terlampir )
a. Pengertian demam typoid
b. Epidemiologi demam typoid
c. Etiologi (Penyebab) demam typoid
d. Patofisiologi demam tipoid
e. Penyebaran kuman dan penularan demam typoid
f. Gejala yang dapat dikenali dan komplikasi yang mungkin terjadi
g. Manifestasi klinik
h. Pemeriksaan penunjang
i. Pencegahan penyakit demam typoid yang dapat dilakukan
j. Penatalaksanaan demam typoid
k. Perawatan pasien dengan demam typoid

E. KEGIATAN PENYULUHAN
1. Susunan Panitia Penyuluhan
• Moderator : Arzila Deswita
Tugas
 Membuka dan menutup acara penyuluhan
 Mengontrol jalannya penyuluhan
 Mengontrol sesi Tanya jawab
 Memberikan kesimpulan
• Nara Sumber : Bebi Selvia
Tugas
 Memberi materi penyuluhan
• Observer :
Dhyta auliya insani
Fasia hamid
Fina ranivira resmana
Tugas
 Mengawasi proses penyuluhan
 Membuat laporan akhir penyuluhan
• Fasilitator :
Fitrawati
Fuji astuti wulandari
Tugas
 Memfasilitasi kegiatan dan peserta penyuluhan
 Menyediakan media yang dibutuhkan

2. Susunan Kegiatan
KEGIATAN AUDIENCE MEDIA METODE WAKTU
Pembukaan oleh moderator
1.Mengucapkan salam dan puji syukur serta terima kasih kepada audiens
2.Memperkenalkan diri
3.Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. Menjelaskan tata tertib penyuluhan
5. menjelaskan susunan kegiatan
6. Menjelaskan cakupan materi yang akan di sampaikan -Menjawab salam
-Mendengarkan

Mikrofon







Ceramah 5 menit
Penyajian oleh nara sumber
1. Menjelaskan Pengertian demam typoid
2. Menjelaskan Penyebab demam typoid
3. Menjelaskan Penyebaran dan penularan demam typoid
4. Menjelaskan Gejala yang dapat dikenali dan komplikasi yang mungkin terjadi
5. Menjelaskan Pencegahan penyakit demam typoid yang dapat dilakukan
6. Menjelaskan Pengobatan dan perawatan pasien dengan demam typoid -Menyimak dan mendengarkan Flif Chart
Mikrofon Ceramah




20 menit
Tanya jawab kelompok penyaji dengan audiens
1. Memberi kesempatan audiens untuk bertanya
2. Menjawab pertanyaan audiens
3. Memberi kesempatan audiens lain untuk mengemukakan pendapat
4. Menyimpulkan pendapat audiens
5. Memberi kesempatan pada audiens untuk menanyakan materi yang kurang jelas
6. Menjawab pertanyaan audiens -Mengemukakan pertanyaan dan pendapat Mikrofon Tanya jawab 15 menit
Penutup oleh moderator
1. Menutup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah di bahas
2.Melakukan evaluasi dengan memberikan pertanyaan pada audiens
3.Memberi salam penutup -Mendengarkan
-Menjawab salam Mikrofon Ceramah 10 menit


F. REFERENSI
Mansjoer, Arif . 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis: Jakarta.
Rahmad Juwono. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3, FKUI: Jakarta.
Suriadi. 2006. Asuan keperawatan pada anak. Edisi 2, sagung seto: Jakarta
http://bidansherly.wordpress.com/2009/04/09/mengenali-penyakit-tifus-kenali-gejala-tipus-thypus-abdominal-atau-typhoid-fever/
http://kesehatan.kompas.com/read/2010/01/25/15324338/5..quot.Rahasia.quot..Penyakit.Tifushttp://www.blogcatalog.com/search/frame?term=laporan+pendahuluan&id=
http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg02207.html














BAB II
LAMPIRAN MATERI

A. PENGERTIAN
Typhoid adalah penyakit infeksi yang di sebabkan oleh Salmonella typhosa atau Salmonella typhi A, B, atau C. Penyakit ini mempunyai tanda-tanda khas berupa perjalanan yang cepat yang berlangsung kurang lebih 3 minggu di sertai dengan gejala-gejala demam, nyeri perut, pembesaran limpa dan erupsi kulit. Penyakit ini termasuk dalam penyakit daerah tropis, dan penyakit ini sangat sering di jumpai di Asia termasuk di Indonesia (Betz, 2002)
Febris typhoid adalah merupakan salah satu penyakit infeksi akut usus halus yang menyerang saluran pencernaan disebabkan oleh kuman salmonella typhi dari terkontaminasinya air / makanan yang biasa menyebabkan enteritis akut disertai gangguan kesadaran (Suriadi dan Yuliani, R., 2001).
Demam typhoid adalah penyakit sistemik akut akibat infeksi salmonella typhi yang ditandai dengan malaise (Corwin, 2000).
• Merupakan penyakit infeksi akut saluran pencernaan (usus halus).
• Penyebabnya adalah bakteri Salmonella
• Nama lain dari penyakit ini adalah typhoid dan paratyphoid fever, enterik fever, tifus, dan paratifus abdominalis. Demam paratyphoid hampir sama dengan demam typhoid tetapi gejalanya lebih ringan.

B. EPIDEMIOLOGI
Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim. Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini meskipun lingkungan hidup umumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan penyediaan sarana air yang baik dapat mengurangi penyebaran penyakit ini.
Penyebaran Geografis dan Musim
Kasus-kasus demam tifoid terdapat hampir di seluruh bagian dunia. Penyebarannya tidak bergantung pada iklim maupun musim. Penyakit itu sering merebak di daerah yang kebersihan lingkungan dan pribadi kurang diperhatikan.
Penyebaran Usia dan Jenis Kelamin
Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-anak. Orang dewasa sering mengalami dengan gejala yang tidak khas, kemudian menghilang atau sembuh sendiri. Persentase penderita dengan usia di atas 12 tahun seperti bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Usia Persentase
12 – 29 tahun 70 – 80 %
30 – 39 tahun 10 – 20 %
> 40 tahun 5 – 10 %

C. ETIOLOGI ( PENYEBAB )
Menurut Ngastiyah (2005) penyebab utama dari penyakit ini adalah kuman Salmonella typhosa, Salmonella typhi, A, B, dan C. Kuman ini banyak terdapat di kotoran, tinja manusia, dan makanan atau minuman yang terkena kuman yang di bawa oleh lalat. Sebenarnya sumber utama dari penyakit ini adalah lingkungan yang kotor dan tidak sehat. Tidak seperti virus yang dapat beterbangan di udara, bakteri ini hidup di sanitasi yang buruk seperti lingkungan kumuh, makanan, dan minuman yang tidak higienis.
Salmonella typosa merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu getar, tidak berspora, mempunyai sekurang-kurangnya 3 macam antigen, yaitu antigen O, antigen somatik yang tidak menyebar, terdiri dari zat komplek lipopolisakarida, antigen Vi (kapsul) yang meliputi tubuh kuman dan melindungi O antigen terhadap fagositosis dan antigen H (flagella). Ketiga jenis antigen tersebut dalam tubuh manusia akan menimbulkan pembentukkan tiga macam antibody yang biasa disebut agglutinin (Arif Mansjoer, 2000).
D. PATOFISIOLOGI
Corwin (2000) mengemukakan bahwa kuman salmonella typhi masuk ke dalam tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Proses bekerjanya bakteri ini ke dalam tubuh manusia lumayan cepat. Yaitu 24-72 jam setelah masuk, meski belum menimbulkan gejala, tetapi bakteri telah mencapai organ-organ hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang, dan ginjal. "Rentang waktu antara masuknya kuman sampai dengan timbulnya gejala penyakit, sekitar 7 hari."
Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque pleyeri di liteum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman salmonella typhi kemudian menembus ke dalam lamina profia, masuk aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesentrial yang juga mengalami hipertropi.
Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini, salmonella typhi masuk aliran darah melalui duktus toracicus. Kuman-kuman salmonella typhi mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. Salmonella typhi bersarang di plaque pleyeri, limfe, hati dan bagian-bagian lain dari sistem retikulo endotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala syoksemia pada demam typhoid disebabkan oleh endotoksemia, tetapi kemudian berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan penyebab utama demam dan gejala-gejala toksemia pada demam typhoid. Endotoksin salmonella typhi salmonella typhi berperan dalam patogenesis demam typhoid, karena membantu proses terjadinya inflamasi lokal pada jaringan tempat salmonella typhi berkembang biak. Demam pada typhoid disebabkan karena salmonella typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan septi pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Gejalanya sendiri baru muncul setelah 3 sampai 60 hari. Pada masa-masa itulah kuman akan menyebar dan berkembang biak. Organ tubuh lalu merangsang sel darah putih mengeluarkan zat interleukin. Zat inilah yang akan merangsang terjadinya gejala demam. Kuman yang masuk ke hati akan masuk kembali dalam peredaran darah dan menyebar ke organ tubuh lainnya.
E. PENULARAN DAN PENYEBARAN KUMAN
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.
Bagaimanakah tifoid merebak?
* Memakan atau meminum makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteria S. typhi
* Pembuangan najis di merata-rata tempat
* Hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang membawa kuman tifoid.
Bakteria yang memasuki tubuh seseorang dibawa dalam saluran usus dan darah manusia dan terus membahagi seterusnya, menimbulkan gejala-gejala penyakit
Kuman typhoid masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau air yang kita konsumsi. Seorang penderita typhoid dapat mencemari air di sekitarnya melalui kotoran yang penuh dengan kuman typhoid. Air yang tercemar ini bila digunakan untuk mengolah makanan maka makanan pun akan ikut tercemar terutama makanan yang tidak dimasak dengan baik.
Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus. Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan lain-lain).Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa mengandung kuman S typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin tercemar dengan sisa kumbahan.
Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan najis di merata-rata tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan menyebabkan demam tifoid.


F. GEJALA DAN KOMPLIKASI YANG TIMBUL
1. Gejala
Cara terbaik menghadapi demam tifoid adalah mengetahui gejala awal penyakit ini. Antara lain:
* Demam lebih dari seminggu
Siang hari biasanya terlihat segar namun malamnya demam tinggi. Suhu tubuh naik-turun.
* Mencret
Bakteri Salmonella typhi juga menyerang saluran cerna karena itu saluran cerna terganggu. Tapi pada sejumlah kasus, penderita malah sulit buang air besar
* Mual Berat
Bakteri Salmonella typhi berkumpul di hati, saluran cerna, juga di kelenjar getah bening. Akibatnya, terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa mual.
* Muntah
Karena rasa mual, otomatis makanan tak bisa masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut. Karena itu harus makan makanan yang lunak agar mudah dicerna. Selain itu, makanan pedas dan mengandung soda harus dihindari agar saluran cerna yang sedang luka bisa diistirahatkan.
* Lidah kotor
Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
* Lemas, pusing, dan sakit perut
* Terkesan acuh tak acuh bahkan bengong
Ini terjadi karena adanya gangguan kesadaran. Jika kondisinya semakin parah, seringkali tak sadarkan diri/pingsan.
* Tidur pasif
Penderita merasa lebih nyaman jika berbaring atau tidur. Saat tidur, akan pasif (tak banyak gerak) dengan wajah pucat.
• Bila tidak segera diobati gejala akan lebih berat, seperti :
 Kehilangan kesadaran
 Pembesaran hati
 Pembesaran limpa
2. Komplikasi yang timbul dari typhoid :
Secara umum
- Perdarahan saluran cerna
- Robekan saluran cerna
- Gangguan jantung dan pembuluh darah
- Gangguan pada darah, paru, hati, kandung empedu, ginjal, tulang
- Gangguan pada kejiwaan (kesadaran)
- kejang hingga koma
Secara khusus
Komplikasi Intestinal
~ Perdarahan usus
~ Perforasi usus
~ Ileus paralitik
Komplikasi Ekstra –Intestinal
~Komplikasi Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan septik), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis
~Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, dan / atau Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan Sindrom uremia hemolitik
~Komplikasi paru : Pneumonia, empiema, dan pleuritis
~Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolesistiti
~Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis
~Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis dan Artritis
~Komplikasi Neuropsikiatrik : Delirium, meningismus, meningitis, polyneuritis perifer, sindrom guillain-barre, psikosis dan sindrom katatonia
G. MANIFESTASI KLINIK
Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa :
~ anoreksia
~ rasa malas
~ sakit kepala bagian depan
~ nyeri otot
~ lidah kotor
~ gangguan perut (perut meragam dan sakit)

Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)
Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa langsung ditegakkan. Yang termasuk gejala khas Demam tifoid adalah sebagai berikut.
~Minggu Pertama (awal terinfeksi)
Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang berpanjangan yaitu setinggi 39ºc hingga 40ºc, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor. Episteksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. Roseola terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula merah tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut, lengan atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi yang berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan abdomen mengalami distensi.
~ Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau jika berkomunikasi dan lain-lain.
~ Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu ketiga.
~ Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.
Relaps
Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikia juga hanya menghasilkan kekebalan yang lemah,kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam waktu yang pendek.Kekambuhan dapat lebih ringan dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat daripada infeksi primer tersebut.Sepuluh persen dari demam tifoid yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik untuk pasien dengan kasus febris typhoid menurut Corwin (2000) antara lain :
a. Pemeriksaan Leukosit
b. Pada febris typhoid terhadap ileumopenia dan limfobrastis relatif tetap kenyataan leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kasus febris typhoid jumlah leukosit pada sediaan darah tepi pada berada dalam batas normal, walaupun kadang-kadang terikat leukositanis tidak ada komplikasi berguna untuk febris typhoid.
c. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
d. Sering kali meningkat tetapi kembali normal setelah sembuhnya febris typhoid, kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan pembatasan pengobatan.
e. Kenaikan Darah
f. Gerakan darah (+) memastikan febris typhoid tetapi biakan (-) tidak menyingkirkan febris typhoid. Hal ini karena hasil biakan darah bergantung pada beberapa faktor, yaitu :
i. Tekhnik pemeriksaan laboratorium.
ii. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit.
iii. Laksinasi di masa lampau.
iv. Pengobatan dengan obat anti mikroba.
g. Uji Widal
Suatu uji dimana antara antigen dan antibodi yang spesifik terhadap saluran monolle typhi dalam serum pasien dengan febris typhoid juga pada orang yang pernah terkena salmonella typhi dan pada orang yang pernah divaksinasi terhadap febris typhoid dengan tujuan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang disangka menderita febris typhoid. Hasil pemeriksaan widal, titer antibodi terhadap antigen O yang bernilai ≥ 1/200 atau peningkatan ≥ 4 kali antara masa akut dan konvalesens mengarah pada demam typhoid, meskipun dapat terjadi positif ataupun negatif palsu akibat adanya reaksi silang antara spesies salmonella.
Diagnosis mikrobiologis merupakan metode diagnosis yang paling spesifik. Kultur darah dan sum-sum tulang positif pada minggu pertama dan kedua, sedang minggu ketiga dan keempat kultur tinja dan kultur urin positif (Wong, 2003).

I. PENCEGAHAHAN
Dan untuk pencegahan agar tidak terjangkit penyakit febris typoid perlu memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
LINGKUNGAN HIDUP
1. Sediakan air minum yang memenuhi syarat. Misalnya, diambil dari tempat yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang terjamin. Jangan gunakan air yang sudah tercemar. Jangan lupa, masak air terlebih dulu hingga mendidih (100 derajat C).
2. Pembuangan sampah kotoran manusia harus pada tempatnya. Juga jangan pernah membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi. Terutama ke makanan.
3. Bila di rumah banyak lalat, basmi hingga tuntas.
DIRI SENDIRI
1. Daya tahan tubuh juga harus ditingkatkan ( gizi yang cukup, tidur cukup dan teratur, olah raga secara teratur 3-4 kali seminggu). Hindarilah makanan yang tidak bersih. Belilah makanan yang masih panas sehingga menjamin kebersihannya. Jangan banyak jajan makanan/minuman di luar rumah.
2. Lakukan vaksinasi terhadap seluruh keluarga. Vaksinasi dapat mencegah kuman masuk dan berkembang biak. Saat ini pencegahan terhadap kuman Salmonella sudah bisa dilakukan dengan vaksinasi bernama chotipa (cholera-tifoid-paratifoid) atau tipa (tifoid-paratifoid). Untuk anak usia 2 tahun yang masih rentan, bisa juga divaksinasi.
3. Menemukan dan mengawasi pengidap kuman (carrier). Pengawasan diperlukan agar dia tidak lengah terhadap kuman yang dibawanya. Sebab jika dia lengah, sewaktu-waktu penyakitnya akan kambuh.
J. PENATALAKSANAAN
 Pemberian antibiotic
Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid adalah antibiotika golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari; pada anak dosisnya adalah 50-100 mg/kg berat badan/hari. Jika hasilnya kurang memuaskan dapat memberikan obat seperti :
o Tiamfenikol, dosis dewasa 3 x 500 mg/hari, dosis anak: 30-50 mg/kg berat badan/hari.
o Ampisilin, dosis dewasa 4 x 500 mg, dosis anak 4 x 500-100 mg/kg berat badan/hari.
o Kotrimoksasol ( sulfametoksasol 400 mg + trimetoprim 80 mg ) diberikan dengan dosis 2 x 2 tablet/hari.
 Perawatan Penderita harus istirahat total
 Penderita harus istirahat total minimal 7 hari bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi di usus
 Diet
Pemberian makanan yang halus, tidak mengandung sayuran dahulu
Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan

K. PERAWATAN
Bila demam tifoid masih terbilang ringan, istilahnya gejala tifus atau paratifus, dokter akan menyarankan banyak istirahat, banyak minum, dan obat antibiotik yang diberikan harus dihabiskan.
Perawatan dan pengobatan terhadap penderita penyakit demam Tifoid atau types bertujuan menghentikan invasi kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya komplikasi, serta mencegah agar tak kambuh kembali. Pengobatan penyakit tifus dilakukan dengan jalan mengisolasi penderita dan melakukan desinfeksi pakaian, faeces dan urine untuk mencegah penularan. Pasien harus berbaring di tempat tidur selama tiga hari hingga panas turun, kemudian baru boleh duduk, berdiri dan berjalan.
Sayangnya, diagnosa demam tifoid pada anak-anak cukup sulit dilakukan. "Pada sejumlah anak, mereka tak mengeluh mual, pusing, atau suhu tubuhnya tinggi. Anak hanya bisa menangis atau rewel." Pemeriksaan laboratorium pun kerap sulit dilakukan karena anak umumnya meronta jika harus diambil darahnya.
Untuk tifus yang sudah berat, penderita diharuskan menjalani perawatan di rumah sakit. Biasanya selama 5-7 hari harus terus berbaring. "Setelah melewati hari-hari itu, proses penyembuhan akan dilanjutkan dengan memobilisasi bertahap." Hari pertama, dudukkan anak 2 x 15 menit, lalu meningkat 2 x 30 menit di hari kedua, dan seterusnya. Baru kemudian belajar jalan.
BISA KAMBUH LAGI
Demam tifoid tak boleh dianggap enteng. "Harus diobati secara total." Karena itu, jika dosis obat ditetapkan 4 kali sehari, harus ditaati. "Kalau cuma diminum 3 kali sehari, kuman tak akan mati." Pengobatan yang tak tuntas, membuat bakteri akan terus terbawa dan berkembang biak. "Tingkat kemungkinan kambuh lagi, sampai 15 persen."
Harus berobat tuntas, dalam artian, pada saat sakit, harus istirahat total, makan makanan yang lunak, dan antibiotik yang diberikan dokter dihabiskan, sampai 7 hari bebas demam. Dengan cara demikian, semoga hampir semua bakteri mati, dan sisa bakteri yang masih hidup dapat diatasi oleh sistem kekebalan tubuh.
Bagi orang yang pernah mengalami penyakit tipus sebaiknya tidak melakukan kegiatan yang sangat melelahkan. Karena akan lebih mudah kambuh kembali daripada orang yang sama sekali belum menderita tipus.
Makanan Yang Dianjurkan
* Boleh semua jenis makanan, yang penting lunak.
* Makanan harus mudah dicerna, mengandung cukup cairan, kalori, serat, tinggi protein dan vitamin, tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
* Makanan saring/lunak diberikan selama istirahat.
* Jika kembali kontrol ke dokter dan disarankan makan nasi yang lebih keras, harus dijalankan.
* Untuk kembali ke makanan "normal", lakukan secara bertahap bersamaan dengan mobilisasi. Misalnya hari pertama makanan lunak, hari ke-2 makanan lunak, hari ke-3 makanan biasa, dan seterusnya.