Selasa, 27 Maret 2012

MANAJEMEN ASUHAN KEGAWATDARURATAN PADA By Ny. Y DENGAN SINDROM GAWAT NAFAS SEDANG DAN HIPOTERMI RINGAN DI IGD RSUP DR . M. DJAMIL PADANG TANGGAL 18 NOVEMBER 2010

I. IDENTITAS
Nama bayi                                : By. Ny. Y
Usia                                          : 1 jam
Jenis Kelamin                           : Laki-laki
Tanggal Lahir                           : 18 November 2010
Pukul                                        : 13.30 WIB
Berat Badan Lahir/ PB             : 1500 gram/ 40 cm
APGAR                                    : 5 / 6
MR                                           : 00.72.73.42 / 15
Alamat                                      : JL. Karang Putih Indarung, Lubuk Kilangan Padang
Tanggal pengkajian/ pukul        : 18 November 2010/ 14.30 WIB
Keluhan                                    : merintih sejak lahir dan akral teraba dingin
Diagnose Medis                        : sindrom gawat nafas sedang + hipotermi ringan

Identitas Penanggung Jawab
Nama Ibu                                  : Tn. T
Umur ibu                                  : 32 tahun                   
Jenis kelamin                            : Laki-laki
Agama                                      : Islam
Pendidikan                               : SI
Pekerjaan                                  : PNS
Alamat                                      : JL. Karang Putih Indarung, Lubuk Kilangan Padang


II.    PENGKAJIAN PRIMER
a.       Airway
Pada jalan nafas tidak terdapat sumbatan,tidak terdapat secret atau benda asing maupun tumor
b.   Breathing
- Pernafasan :84 x/i
- Pasien tampak megap-megap, merintih
- Pasien tampak sesak nafas
c.   Cickulation:
-  Nadi halus 168x/ menit
-  Suhu 35,10C
-  Sianosis –
d.   Disability:
-  Keadaan umum pasien buruk

1.   Diagnose keperawatan
By Ny.H Gangguan Pola Nafas  +  Hipotermi
Ds: Bayi kiriman Bidan Rosda Marta tanggal 18 november 2010 pukul 14.30 wib, petugas yang mengirim mengatakan ibu G1PoAoH1 usia kehamilan 29-30 minggu bayi lahir spontan pervaginam pukul 13.30 wib presentasi belakang kepala, ketuban pecah spontan warna jernih BB: 1500 gram, PB: 40 cm, A/S: 5/6, bayi merintih sejak lahir dan akral teraba dingin, telah di pasang O2 sejak lahir, bayi belum di beri ASI, BAK dan Mekonium  belum keluar dan injeksi Vitamin K telah diberikan, ibu masih dirawat di rumah bidan.
Do:
·      TTV:     Pernafasan       : 84x/i
Nadi                : Halus 168x/i
Suhu                : 35,1ºC
-       Bayi tampak lemah
-       Bayi tampak merintih
-       Bayi terpasang O2
-       Tidak terdapat siaosis
-       Akral teraba dingin

2.   Intervensi
-    Terapi O2 dilanjukan sesuai order dokter melalui binasal sebanyak 1 liter per menit
-    Hangatkan tubuh bayi di bawah radiant warner dengan panas 9 digit
-    Observasi TTV
-    Lakukan pemeriksaan foto rontgent pada thorack

3.      Implementasi
·   Memberikan Terapi O2 dilanjutkan sesuai order dokter melalui binasal sebanyak 1liter per menit
·   Menghangatkan tubuh bayi di bawah radiant warner dengan panas 9 digit
·   Mengobservasi TTV
·   Melakukan pemeriksaan foto rontgent pada thorack

4.   Evaluasi
S: -
O:  - Bayi tampak masih termegap-megap,
-    Terpasang O2 melalui nasal sebanyak 1 liter per menit
-    Bayi telah dipanaskan pada radiant warner dengan panas 9 digit dihangatkan
-    Pukul 15.30 WIB
      TTV
N : halus 168x/i                     S: 36,50C                     P: 84x/i
-    Tidak tampak sianosis
-    Hasil pemeriksaan foto rontgen Tidak terdapat cairan pada paru bayi
A: Masalah gangguan nafas belum teratasi bayi masih termegap megap+ hipotermi untuk sementara teratasi uhu bayi 36,5ºC
P:   Intervensi dilanjutkan

1.      PENGKAJIAN SEKUNDER
1.      Riwayat kesehatan dahulu/ persalinan
-          Bayi lahir spontan tanggal 18 November 2010 pukul 13.30 WIB
-          Kehamilan premature dengan usia kehamilan 29-30 Minggu
-          Tempat bersalin di BPS
-          Ditolong oleh bidan
-          BB/PB lahir      : 1500 gram/40 cm
-          Jenis kelamin    : laki laki
-          A/S                   : 5/6
-          Anus + pemeriksaan dengan termometer, Kelainan fisik tidak ada

2.      Riwayat kesehatan keluarga
-          Ibu dan keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik
-          Nutrisi ibu selama kehamilan cukup
-          Ibu tidak mengkonsumsi obat-obatan selain yang di beri bidan tablet fe + multivitamin

3.      Riwayat kesehatan sekarang
-          TTV
N : halus 168x/i                       S: 35,10C                     P: 84x/i
-          Keadaan umum buruk
-          Tidak terdapat sianosis
-          Nafas sesak
-          Tidak terdapat sumbatan dijalan nafas
-          Pasien tampak megap-megap merintih
-          Pasien hipotermi ringan

4.      Pengkajian fisik
1.         Keadaan Umum Buruk
2.         TTV
N : halus, cepat 168x/ i             S: 35,10C                     P: 84x/i
3.         BB/PB : 1500 gram/40cm
4.         Pemeriksaan fisik
-             Kepala
·         Ubun-ubun : datar berdenyut
·         Tidak ada chepal hematoma dan adayan caput succedaneum
-          Muka : tidak ada oedema, sianosis –

-          Mata
·         Kelopak mata : tidak ada oedema
·         Sclera              : tidak ikterik
·         Konjungtiva    : tidak anemis
·         Tidak ada tanda-tanda infeksi pada mata
-          Hidung
·         Hidung bentuk simetris, terpasang O2 binasal,
·         Ada lubang hidung
·         Pernafasan secara cuping hidung
-          Mulut
·         Tidak ada terdapat labio skizis dan labio palatoskizis
·         Tidak terlihat sianosis sirkumonal
-          Telinga
·         Simetris kiri dan kanan
·         Ada lubang telinga dan bersih,tidak terdapat serumen dan terdapat rambut lanugo
-          Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid dan limfe
-          Dada
·         Simetris kiri dan kanan
·         Rongga dada membesar
·         Terdapat tarikan rongga dada dan dinding epigastrium yang jelas saat pasien bernafas
-          Abdomen :
·         Tidak ada kelainan pada abdomen
·         Bentuk abdomen datar dan lemas, tali pusat belum lepas, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat pengeluaran nanah, perut diraba lunak, tidak ada pembengkakan hepar.
-          Ekstremitas
·         Atas     : pergerakan lemah, anggota gerak lengkap, tidak ada sianosis dan teraba dingin
·         Bawah : pergerakan lemah, anggota gerak lengkap, tidak terdapat sianosis, teraba dingin

-          Genetalia
·         Lubang penis terdapat di gland penis,
·         kedua testis dapat teraba pada scrorum.
-          Anus
·         Anus (+), melalu pemeriksaan colok anus dengan termometer

-          Kulit
·         Warna kulit pucat,merah muda pada telinga, mulut, telapak tangan dan kaki, sianosis (-), tidak terdapat tanda lahir, Skin Rush (-), Ikterik (-)

5.      Pemeriksaan Penunjang
Laboratotium : belum dilakukan
Rongent thorack : tidak terdapat cairan pada paru-paru bayi

6.      Diagnose keperawatan
Bayi dengan gangguan pola nafas berhubungan dengan kurang terbentuknya zat surfaktan pada paru bayi karena kehamilan premature
Resiko tinggi hipotermi karena kurang terbentuknya lapisan lemak dalam tubuh
Ds : Bayi lahir dengan usia kehamilan 29-30 minggu dengan apgar skore 5/6
Do: RR 84 x/menit
Bayi tampak termegap-megap
Retraksi dinding dada (+)
Retraksi dinding efigastrium (+)
Bayi tampak lemah
Suhu : 35,1ºC
Akral terba dingin

7.     Intervensi
-  Jaga kehangatan bayi,pindahkan kedalam incubator dengan suhu 36ºC
-  Lanjutkan terapi O2 Binasal menjadi 2 liter/ menit
- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat-obatan pada bayi
-    Pindahkan bayi ke ruangan Perinatologi IRNA D Anak
-    Minta keluarga membawa ASI ibu ke RS
8.     Implementasi
-  Menjaga kehangatan bayi,pindahkan kedalam incubator dengan suhu 36ºC
-  Melanjutkan terapi O2 Binasal menjadi 2 liter/ menit
- Melakukan Kolaborasi dengan dokter pemberian obat-obatan pada bayi
-    Memindahkan bayi ke Ruangan Perinatologi IRNA D Anak
-    Meminta keluarga membawa ASI ibu ke RS

 9.    Evaluasi
-  Bayi telah di pindakan ke incubator berjalan dengan suhu 36ºC
-    Bayi akan di pasang infuse dextrose 10 % di ruangan perinatologi
-    Bayi telah di pindahkan ke ruangan Perinatologi dengan segera untuk mendaptkan penagannan lebih lanjut
-    Keluarga bersedia membawa ASI ibu dan telah pergi menjemput ASI ibu untuk dibawa ke Rumah Sakit

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI BCG DI KELURAHAN BATANG ARAU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEMANCUNGAN PADANG TAHUN 2011

ABSTRAK

 

Cakupan imunisasi BCG terendah Kota Padang tahun 2009 adalah Puskesmas Pemancungan 69,6 %. Laporan imunisasi Puskesmas Pemancungan Kelurahan Batang Arau dengan cakupan imunisasi BCG terendah tiga tahun berturut-turut. Survei pendahuluan kepada 7 ibu, 4 ibu berpendidikan dibawah SLTA dan 5 ibu tidak mengetahui tentang imunisasi BCG. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan ibu yang memiliki anak >12-24 bulan dengan pemberian Imunisasi BCG di Kelurahan Batang Arau wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Padang tahun 2011.

 

Penelitian bersifat survei analitik dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dilaksanakan di Kelurahan Batang Arau wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Padang tanggal 26 Februari 2011 dan 2-6 April 2011. Populasi 104 ibu yang memiliki anak berusia >12-24 bulan, teknik pengambilan sampel simple random sampling. Sampel 51 responden dibagi secara proporsional setiap posyandu. Analisis univariat mengunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan uji Chi-Square mengunakan SPSS.

 

Hasil penelitian dari 51 responden 27,5 % anak belum diberi imunisasi BCG, ibu memiliki tingkat pendidikan rendah 39,2 % dan 47,1 % ibu memiliki tingkat pengetahuan rendah. Analisis bivariat diperoleh hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu yang memiliki anak berusia >12-24 bulan dengan pemberian imunisasi BCG p=0,010 (α=0,1) dan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan ibu yang memiliki anak berusia >12-24 bulan dengan pemberian imunisasi BCG p=0,002 (α=0,1) di Kelurahan Batang Arau wilayah kerja Puskesmas Pemancungan Padang tahun 2011.

 

Penelitian disimpulkan hampir sebagian anak belum diberi imunisasi BCG,  hampir sebagian responden memiliki tingkat pendidikan rendah dan pengetahuan rendah tentang pemberian imunisasi BCG. Saran diharapkan penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan puskesmas dalam mengembangkan program imunisasi BCG.

Daftar bacaan : 41 (2003-2011)

 

isi lebih rinci

BAB I download 

BAB II download

BAB III download 

BAB IV  download

BAB V download


 

Jumat, 09 Maret 2012

1. HIPOFISIS LOBUS ANTERIOR

Hormon yang  dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dapat dilihat pada gambar 3. Fungsi dan gangguannya dapat dilihat pada tabel

 
Gambar. Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya

Tabel . Macam-macam fungsi hormon yang dihasilkan kelenjar hipofisis lobus anterior dan gangguannya.

 
Hormon yang dihasilkan    Fungsi dan gangguannya
Hormon Somatotropin (STH), Hormon pertumbuhan (Growth Hormone / GH)

    merangsang sintesis protein dan metabolisme lemak, serta merangsang pertumbuhan tulang (terutama tulang pipa) dan otot. kekurangan hormon ini pada anak-anak-anak menyebabkan pertumbuhannya terhambat /kerdil (kretinisme), jika kelebihan akan menyebabkan pertumbuhan raksasa (gigantisme). Jika kelebihan terjadi pada saat dewasa, akan menyebabkan pertumbuhan tidak seimbang pada tulang jari tangan, kaki, rahang, ataupun tulang hidung yang disebut akromegali.

Hormon tirotropin atau Thyroid Stimulating Hormone (TSH)

    Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan kelenjar gondok atau tiroid serta merangsang sekresi tiroksin

Adrenocorticotropic hormone (ACTH)   
                    
    Mengontrol pertumbuhan dan perkembangan aktivitas kulit ginjal dan merangsang kelenjar adrenal untuk mensekresikan glukokortikoid (hormon yang dihasilkan untuk metabolisme karbohidrat)

Prolaktin (PRL) atau Lactogenic hormone (LTH) 

    Membantu kelahiran dan memelihara sekresi susu oleh kelenjar susu

Hormon gonadotropin pada wanita :

1.     Follicle Stimulating Hormone (FSH)


2.     Luteinizing Hormone (LH)   
   

Merangsang pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan estrogen

Mempengaruhi pematangan folikel dalam ovarium dan menghasilkan progestron
Hormone gonadotropin pada pria :

1.     FSH


2.     Interstitial Cell Stimulating Hormone (ICSH)
   

Merangsang terjadinya spermatogenesis (proses pematangan sperma)

Merangsang sel-sel interstitial testis untuk memproduksi testosteron dan androgen



2. HIPOFISIS LOBUS POSTERIOR

Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus posterior beserta organ targetnya dapat dilihat pada gambar dan tabel dibawah ini.
 
Gambar. Hormon yang dihasilkan hipofisis lobus anterior beserta organ targetnya

Tabel . jenis hormon serta fungsi dari hipofisis posterior

hormon     Fungsi
Oksitosin    Menstimulasi kontraksi otot polos pada rahim wanita selama proses melahirkan
Hormon ADH    Menurunkan volume urine dan meningkatkan tekanan darah dengan cara menyempitkan pembuluh darah



Gambar . Regulasi hormon ADH

Banyak sedikitnya cairan yang masuk dalam sel akan di deteksi oleh hipotalamus. Jika cairan (plasma) dalam darah sedikit, maka hipofisis akan mensekresikan ADH  untuk melakukan reabsorpsi (penyerapan kembali) sehingga darah mendapatkan asupan cairan dari hasil reabsorpsi tersebut. Dengan demikian kadar cairan (plasma) dalam darah dapat kembali seimbang. Selain itu, karena cairan pada ginjal sudah diserap, maka urinenya kini bersifat pekat.
 
Jika seseorang buang air kecil terus menerus, diperkirakan hipofisis posteriornya mengalami gangguan sebab ADH tidak berfungsi dengan baik. Nama penyakit ini disebut diabetes insipidus.

TEKNIK PEMBERIAN OBAT

1.    EPIDURAL/ PUNGSI
1.1    Pungsi Lumbal
1.1.1 Pengertian
Pungsi lumbal adalah menusukan jarum lumbal ke dalam Cavum Subarchnoidea untuk mendapatkan liquor/ cairan.
1.1.2    Tujuan
a)    Memperoleh bahan makanan untuk pemeriksaan
b)    Tekanan pada otak berkurang
c)    Sebagai pengobatan
d)    Sebagai pembiusan
1.1.3    Dilakukan pada pasien:
a)    Meningitis
b)    Encephalitis
c)    Perdarahan otak
d)    Tumor di otak

1.2    Pungsi Sisterna
1.2.1 Pengertian
Pungsi Sisterna adalah menusukan jarumlumbal kedalam siterna untuk mengambil liquor/ cairan.
1.2.2    Tujuan
a)    Untuk mendapatkan liquar untuk pemeriksaan
b)    Tekanan intra kranial berkurang
c)    Sebagai pengobatan
1.2.3    Tempat Penusukan:
Antara  vetebre servicalis I dan II atau antara vertebra servikalis I dan II.
1.2.4    Pelaksanaan
a)    Pasien dipuasakan selama 6 jam
b)    Lokasi yang akan dipungsi dicukur
c)    Posisi duduk kepala ditundukan sedalam – dalamnya atau tidur miring kepala ditundukan sedalam sampai dagu menempel pada dada

1.3    Pungsi Sternum
1.3.1 Pengertian
Pungsi sternum adalah memasukan jarum sternum pada dada (Os. Sternum) untuk mengambil sumsum merah.
1.3.2    Tujuan
Untuk mendapatkan sumsum merah
1.3.3    Kontra Indikasi
Pasien dengan kelainan darah (hemophilia, masa perdarahan yang panjang)
1.3.4    Bahaya
a)    infeksi pada sumsum tulang
b)    perdarahan
c)    syok

1.4    Pungsi Pleura
1.4.1 Pengertian
Pungsi pleura adalah menusukan jarum pleura kedalam rongga pleura untuk mengeluarkan cairan yang ada dirongga perut.
1.4.2    Tujuan
a)    Sesak nafas berkurang
b)    Sebagai pengobatan
c)    Memperoleh cairan guna pemeriksaan
1.4.3    Tempat penusukan
Pada scapula antara costa (iga) 7 dan 8, pada garis aksiler antara kosta 6 dan 7.
1.4.4    Bahaya
a)    Jaringan paru – paru tertusuk
b)    Perdarahan
c)    Pneutoraks
d)    Infeksi
e)    Syok


1.5    Pungsi Perut
1.5.1 Pengertian
Pungsi perut adalah mengeluarkan cairan dengan rongga perut dengan cara memasukan trocart.
1.5.2    Tujuan
a)    Tekanan rongga perut berkurang
b)    Memperoleh cairan untuk pemeriksaan sebagai pengobatan
c)    Memperoleh cairan guna pemeriksaan
1.5.3    Indikasi
Bila pasien sesak nafas.
1.5.4    Kontra Indikasi
a)    Pasien dengan penyakit kulit pada daerah perut
b)    Pasien demam

1.6    Pungsi Supra Pubik
1.6.1 Pengertian
Pungsi supra pubik adalah mengambil urin dari kandung kemih dengan cara menusukan jarum suntik ke dalam kandung kemih.
1.6.2    Tujuan
Memperoleh urine yang belum tercemar untuk pemeriksaan.
1.6.3    Tempat Penusukan
Pada garis tengah antara pusat dan sympisis setinggi 2 jari di atas sympisis.

2.    TERAPI PANAS DINGIN
Pemberian terapi panas dingin dilaksanakan langsung di atas kulit dan terdidri dari beberapa cara, yaitu:
a)    Pemberian panas (pemberian panas basah steril/ kompres, pemberian panas kering)
b)    Pemberian dingin (pemberian dingin basah / kompres, pemberian dingin kering)
c)    Rendaman (rendaman tangan, kaki, bokong, mandi rendam)

Yang dimaksud dengan pemberian panas adalah memberikan rasa hangat pada bagian tubuh yang memerlukan. Tujuannya adalah agar sirkulasi darah menjadi baik, rasa sakit setempat menjadi kurang, peristaltic usus mendapat rangsangan, pengeluaran getah radang (eksudat) menjadi lancar. Biasa dilakukan pada pasien denga perut kembung, yang kedinginan, dengan radang misalnya persendian, poliomyelitis.
Kompres dingin dilakukan menggunakan kirbat es yang telah diisi potongan – potongan es. Tujuannya untuk mengurangi rasa sakit, mengurangi perdarahan, membatasi radang.

2.1    Pemberian Kompres Panas
2.1.1 Tujuan Umum
a)    Untuk meningkatkan sirkulasi pada daerah tertentu
b)    Untuk meningkatkan rasa nyaman dan relaksasi
c)    Untuk mempercepat pengeringan luka
d)    Untuk memanaskan bagain tubuh tertentu
e)    Untuk mempercepat penyembuhan
f)    Untuk meransang peristaltik usus
2.1.2 Dilakukan Pada Pasien
a)    Dengan perut kembung
b)    Pasien yang kedinginan
c)    Dengan radang, misalnya: adneksitis, persendian dll
2.1.3 Hasil Yang Diharapkan
a)    Bagian tubuh menjadi panas
b)    Relaksasi dari otot yang spasme/ kejang
c)    Peningkatan siskulasi pada daerah tertentu
d)    Penyembuhan luka

2.2    Pemberian Kompres Dingin
2.2.1    Tujuan Umum
a)    Mengurangi/ menghentikan perdarahan, karena pembuluh – pembuluh darah dapat mengecil
b)    Menurunkan suhu badan yang tinggi
c)    Mengurangi rasa nyeri
d)    Mengurangi oedema
e)    Luka menjadi bersih
2.2.2    Dilakukan Pada Pasien
a)    Suhu badan tinggi
b)    Radang
c)    Memar
d)    Batuk/ muntah darah
e)    Post tonsilektomi
f)    Luka tertutup/ terbuka
2.2.3    Hasil Yang Diharapkan
a)    Perdarahan berkurang/ berhenti
b)    Suhu tubuh menurun
c)    Nyeri berkurang
d)    Oedema berkurang

2.3    Sumber Panas Dingin Yang Dapat Dipakai
2.3.1    Panas
a)    Buli – buli panas (WWZ = Warm Water Zak)
b)    Buli – buli panas dari logam (red, Bahasa Belanda = kruik)
c)    Lampu infra merah (Solluk)
2.3.2    Dingin
a)    Eskap, eskrag
b)    Kompres dengan air es

2.4    Penatalaksanaan
2.4.1    Pemberian Buli - Buli Panas (WWZ)
a)    Alat – Alat
1)    WWZ
2)    Sarung WWZ
3)    Air panas (43,3°C) pada tempatnya
4)    Lap kerja
b)    Persiapan
1)    Teliti kembali instruksi, daerah yang akan di terapi
2)    Siapkan alat – alat, periksa kembali apakah dalam keadaan baik/ siap pakai.
3)    Jelaskan prosedur kepada pasien
c)    Langkah – langkah:
1)    Isi kantong WWZ 1/3 sampai dengan 2/3 bagian dengan air panas
2)    Mengeluarkan udara dari kantong air panas, kemudian tutup rapat
3)    Memeriksa apakah kantong WWZ bocor/ tidak dengan cara membalikan kantong WWZ.
4)    Kemudian WWZ dilap dengan lap kerja
5)    Memasang sarung WWZ
6)    Letakkan pada permukaan kulit dan angkat sebentar untuk melihat apakah ada reaksi/ tidak, jika tidak ada reaksi, letakkan kembali pada daerah tadi. Untuk pasien yang tidak sadar, tidak boleh bersentuhan langsung dengan kulit.
7)    Ganti airnya bila sudah dingin. Pemberian WWZ ± 1 jam, kemudian amati reaksi kulit.
8)    Kembalikan alat – alat pada tempatnya

2.4.2    Memberikan Buli – Buli Panas Dari Logam (Kruik)
a)    Alat – Alat
1)    Kruik yang diisi pasir (pasir tetap ada di dalamnya tidak boleh dikosongkan setiap waktu)
2)    Kruik yang sudah dipanaskan dalam oven
3)    Sarung pembungkus kruik
b)    Langkah – Langkah
1)    Kruik dimasukan ke dalam oven yang sudah panas, ditunggu ± ½ jam
2)    Pasang sarungnya
3)    Kruik tidak boleh menyentuh kulit secara langsung, biasanya ditutup rapat – rapat dengan selimut

3.    ZID BATH/ KOMPRES
3.1    Terapi Kompres Hangat
Terapi kompres hangat merupakan tindakan dengan memberikan kompres hangat untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot dan memberikan rasa hangat.

3.1.1    Persiapan Alat Dan Bahan
a)    Botol berisi air panas (suhu 46 – 51,5°C) / air hangat
b)    Thermometer air
c)    Lain pembungkus
3.1.2    Cara Kerja
a)    Cuci tangan
b)    Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c)    Isi botol dengan air panas
d)    Tutup botol yang telah diisi air panas kemudian dikeringkan
e)    Masukan botol kedalam kantong air. Bila menggunakan kain, masukan kain pada air hangat lalu bilas
f)    Tempatkan botol atau kain yang sudah diperas pada daerah yang akan dikompres
g)    Angkat botol atau kain tersebut setelah 20 menit, kemudian isi lagi botol/ masukan lagi kain ke dalam air hangat lalu peras. Taruh lagi botol/ kain pada daerah yang akan dikompres
h)    Catat perubahan yang terjadi selama tindakan
i)    Cuci tangan

3.2    Terapi Kompres Dingin
Merupakan tindakan dengan memberikan kompres dingin untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, menurunkan suhu tubuh, mengurangi rasa nyeri, mencegah edema, dan mengontrol peredaran darah dengan meningkatkan vasokonstriksi.

3.2.1    Persiapan Alat Dan Bahan
a)    Thermometer
b)    Air dingin
c)    Kain atau kantong pelindung
d)    Kantong es dan sejenisnya
3.2.2    Cara Kerja
a)    Cuci tangan
b)    Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
c)    Ukur suhu tubuh
d)    Masukan air dingin pada kantong es. Bila menggunakan kain, masukan kain pada air dingin lalu diperas
e)    Letakan kantong/ kain pada daerah yang akan dikompres seperti di daerah axilla, di daerah yang sakit
f)    Catat perubahan yang terjadi selama tindakan
g)    Cuci tangan
4.    MANAJEMEN NYERI
Ada beberapa cara untuk mengatasi nyeri yang dapat dilaksanakan oleh petugas kesehatan, diantaranya:
a)    Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri, misalnya: ketidakpercayaan, kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan, dan kebosanan.
1)    Ketidakpercayaan
Pengakuan akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian mengenai keluhan nyeri pasien dan mengatakan kepada pasien bahwa petugas kesehatan mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih memahami tentang nyerinya.
2)    Kesalahpahaman
Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan membantu mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pada pasien bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien yang tau secara pasti tentang nyerinya.
3)    Ketakutan
Memberi informasi yang tepat dapt membantu mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri.
4)    Kelelahan
Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktivitas yang dapt memberikan istirahat cukup.
5)    Kebosanan
Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri dapt digunakan pengalihan perhatian yang bersifat terapeutik. Beberapa teknik pengalih perhatian adalah bernafas pelan dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal – hal yang menyenangkan, dan lain – lain.
b)    Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik – teknik, seperti: teknik latihan pengalihan :
1)    Menonton televisi
2)    Berbincang – bincang dengan orang lain
3)    Mendengarkan musik
c)    Teknik relaksasi
Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam mengisi paru – paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot – otot tangan, kaki, perut dan punggung serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks.
d)    Stimulasi kulit
1)    Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
2)    Menggosok punggung
3)    Menggunakan air hangat dan dingin
4)    Memijat dengan air mengalir
e)    Pemberian obat analgesik
Pemberian obat analgesik dilakukan guna mengganggu atau memblok transmisi stimulus nyeri agar tetap terjadi perubahan perepsi dengan cara mengurangi kortikol terhadap nyeri.
f)    Pemberian stimulator listrik
Pemberian stimulator listrik, yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri denga stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi:
1)    Transcutaneous electrical nerve stimu;lator (TENS) yang digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa metode electrode di luar.
2)    Percutaneous implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator yang diimplant dibawah kulit dengan transmitor timah penerima pada daerah epidural dan columna vertebrae.
3)    Stimulator coluumna vertebrae, sebuah stimulator yang dicangkok melalui kantong kulit intra klavikula atau abdomen yakni elektoda ditanam dengan cara bedah pada dorsum sum – sum tulang belakang